Thursday, December 15, 2005

Bapak Nurdin Ahmad Juga Keren!


Kalau dilihat orangnya, kesan pertamanya pasti tua dengan rambut putih, serius, kaku dan pendiam, which is not true. Dia diseganin di kantor dan disayang teman-temannya karena baik hati dan kadang terlalu baik malah. Bapakkku itu lucu dan konyol dan daya khayalnya tinggi. Seru bgt ngobrol dengannya, ga ada yang ga mungkin, mau punya mimpi atau keinginan yang paling aneh sekalipun, pasti dia ga dianggap aneh. Bapakku adalah orang yang paling sabar di seluruh dunia ini menurutku, bayangkan aja hampir seumur hidupku dia selalu bersedia menunggu, dari zaman aku sekolah TK, MIN, SMU hingga sekarang aku kerja, aku tiap pagi ditungguin untuk dianterin tiap pagi, well dan juga bersedia menjemput kapan saja and no matter where.

Sekedar bayangan, aku selalu punya masalah bangun pagi, shalat shubuh selalu diikuti dengan tidur lagi dan bangun ketika Bapak udah siap dengan seragam kerjanya, sarapan dan menunggu, dan mobil juga sudah dipanasin dan aku yang baru bangun dengan mata yang setengah sambil ambil handuk. Kegiatannya tiap pagi adalah menungguku bangun, mandi (aku yang paling lama mandinya di rumah, well mungkin bukan cuma di rumah mungkin juga se-Asia Tenggara, mengalahkan semua anak perempuan di negara-negara Asean, I believe), pakaian, cari jilbab, trus cari pentul, cari sepatu yang matching dengan baju hari itu, dan terakhir sarapan kalo sempat, kalo ga sempat aku bawa piring diisi sarapan ke dalam mobil yang dimakan sambil jalan hingga sampe di sekolah atau kantor. Penderitaan beliau belum juga selesai karena piringku yang bekas makan selalu aku taruh di dalam mobil yang kemudian mau ga mau harus ikut dengannya di dalam mobil untuk dibawa ke kantornya, dan piring tersebut ketika pulang udah kelihatannya ga bagus lagi karena bekas sisa makanan yang sudah mengering. Aku yakin sekali setelah membaca ini kalian pasti yakin bahwa aku adalah anak yang paling durhaka pada orang tua, tapi ga kok, aku bukan durhaka tapi aku anak paling beruntung di seluruh dunia, and trust me, aku sayang sama Bapak dan diam-diam salut atas kesabarannya.

Hobi Bapakku, berdasarkan survey yang sudah disetujui oleh penghuni satu rumah, adalah: pertama, main air, maksudnya? Bapakku terobsesi dengan air dan menurutnya semua hal akan bersih jika semuanya disiram, dan itu terbukti dengan suatu kali lantai di dalam rumah tergenang air karena beliau merasa lantai akan jadi tambah bersih jika disiram air daripada sekedar di pel!!! Ga perlu dijelasin lagi bahwa jika beliau sedang ga ada kerjaan alias sedang suntuk berat, selain dan atau setelah membaca Al-Quran, pasti kerjaannya adalah idupin sanyo dan mulailah beliau menggosok teras dengan air, menyiram macam-macam, atau sekedar mengisi air di bak mandi, pokoknya semua yang berbau air. Well, cuma orang rumah yang akan senyum kalo baca ini, cuz they will totally understand what I am talking about. Hobinya kedua adalah, membeli odol gigi, celana dalam , singlet dan kaus kaki, susah menjelaskannya kenapa itu bisa terjadi, karena itulah yang sebenarnya terjadi, setiap beliau berpergian, selalu keempat hal tersebut yang selalu dibeli, no matter what, baik itu pergi keluar negri, keluar kota atau sekedar keluar rumah, jadi bisa dibayangkan apa isi yang paling dominan di lemarinya atau di keranjang cucian. Untuk masalah kaus kaki, mungkin karena selalu hilang sebelah, itu bisa juga disebabkan karena aku waktu jaman sekolahan dulu suka pake kaus kakinya karena lebih dingin dan lebih bagus daripada punya sekolah yang putih polos, aku bisa begitu karena aku dah pake jilbab dari kelas 2 SMP jadi guru ga ada yang tau kalo aku ga pake kaus kaki putih karena rokku yang panjang. Nah, jadi mungkin dia sebel karena pasangan kaus kaki ilang-ilang terus padahal baru dibeli, jadi untuk singkatnya dia beli lagi. Ketiga, hobinya adalah memberi makan para binatang yang kebetulan sedang bertandang di rumah, paling sering adalah kucing, dan yang paling favorit adalah kasih makan bebek (to be explained later). Jadi, as you can imagine, kalo malam pertama kucingnya ada 2 atau 3, on the next day, semua keluarga si kucing juga pada mampir untuk makan gratis. Beliau itu penyayang binatang, dari anjing yang dikasih makan sampai kami pernah piara monyet yang langsung di dapat dari gunung di kampungnya “Ulee Glee”. Walau bagaimanapun, semua binatang itu ga pernah bisa menggantikan hewan kesayangannya, yaitu bebek. Aku punya banyak kisah dengan sang bebek-bebek piaraan Bapakku dan itu merupakan pengalamanku yang paling seru dan bahagia bgt kalo diingat lagi.

Waktu aku masih MIN setingkat sekolah dasar, Bapak pelihara bebek sebanyak 24 ekor dan dipelihara di belakang rumah dan Ya Tuhan, kalo sedang musim hujan baunya Nauzubillahi Minzalik. Setiap sore sehabis mereka makan siang, mereka dilepaskan untuk jalan-jalan sore sambil kami (aku dan kakakku) main sore. Menjelang maghrib tugas wajibku dan kakakku adalah mencari dan mengumpulkan bebek-bebek tersebut keliling komplek sampai jumlahnya lengkap 24. Biasanya sang bebek ga susah dicari karena basically mereka nongkrong di beberapa lorong sebelah sambil minum air di got (selokan). Nah, terkadang jumlahnya ga pas 24, kadang kurang 3 kadang kurang 2 kadang juga 1, dan itu nyebelin bgt karena kita harus balik lagi ke tiap lorong dan mencari si bebek hilang. Pernah suatu kali, ada kejadian yang menyedihkan ketika kita ga bisa menemukan bebek yang terakhir, karena ternyata bebek itu tergilas labi-labi yang masuk ke dalam komplek ketika sang bebek sedang main (mungkin menyebrang jalan), rasanya sedih sekali, bukan cuma bapak yang sedih tapi kita juga sedih ketika akhirnya kita menemukan bangkainya di dalam got. Tinggal 23 ekor.

Rasa cinta Bapak terhadap bebek-bebeknya ternyata bisa dirasakan oleh mereka, karena kata Bapak, bebek itu hewan yang paling sensitive dan akan ngerti kalo dimaki atau dimarah. Walhasil, telur yang dihasilkan mereka jumlahnya juga luar biasa banyaknya, ga habis dimakan sendiri dan walaupun sudah dibagikan ke tetangga tetap aja banyak. Makanya akhirnya ibuku buat telur tersebut jadi telur asin (as mentioned in my previous story, Ibuku Keren!) dan akhirnya dijual dan rasanya enak bgt ampe ibuku terkenal di komplek dengan telur asin Bu Mah (nama ibuku Fatimah). Hasilnya cukup lumayan. Sampai Bapakku pernah bilang bahwa piano yang waktu itu aku punya adalah hasil dari telur bebek, jadi aku selalu ga pernah bisa punya bargaining power karena kalo lupa kasih makan bebek, ancamannya adalah pianoku akan dijual, dan karena waktu itu umurku baru 12 tahun, jadi aku takut sekali dan percaya aja.

Makanan bebek ini special sekali, kebanyakan orang beri makan bebek dengan makanan sisa atau dedak saja, tapi Bapakku benar-benar treat them nicely. Kalo pagi mereka memang makan makanan sisa kami, dan para tetangga juga suka memberikan makanan sisa mereka ke para bebek, (trust me bebek-bebek itu banyak bgt fansnya), dan kalo siang, Bapak khusus pulang kantor menugaskan kami ke warung untuk membeli berikat-ikat kangkung sisa di warung yang ga laku dijual waktu pagi, yang kalo ga ada di Kede Pak Amat, harus cari di Kede Pak Wan yang nyebelin karena dia suka nawarin dan terkesan memaksa membeli barang lain yang dia jual walaupun kami ga butuh, yang biasanya dijual dengan harga murah, setelah itu kangkung dipotong-potong dan dimasak dan dicampur dengan beras untuk makan siang para bebek. Keren kan!!!! Dan Bapak bisa marah kalo dia pulang tapi bebek belum dikasih makan. Dia ga tahan membayangkan kalo bebek-bebek itu lapar. Dia pernah bilang, coba kamu bayangkan kalo kamu sedang lapar, kemudian, kami juga jadi ikut sedih L Aku ingat dulu waktu bebek-bebek itu masih anak-anak bulunya lembut sekali dan warnanya kuning, imuut sekali, dulu, waktu kasur sedang dijemur di belakang rumah, aku dan kakakku suka bawa mereka main di atas kasur karena mereka halus sekali, tapi ternyata makin besar bulu mereka berubah jadi kasar dan tampang mereka ga lucu lagi. Aku kecewa. Oh ya aku ampe punya boneka bebek yang mukanya sedih, dan aku namain “IBRAHIM”. Aku suka bgt nama itu J tapi menurut teman-teman, boneka bebek ga cocok dinamakan itu, kesannya bapak-bapak gitu, tapi aku berprinsip itu kan bonekaku, so, terserah aku kan…Nama boneka-bonekaku yang lain adalah Burhanuddin Harahap dan satu lagi aku lupa.

Banyak sekali pelajaran yang aku dapat dari pendidikan Bapak yang unik dan membuat aku jadi seperti sekarang ini. Kami dari dulu ga boleh ribut kalo sedang Dunia dalam Berita, dia suka bilang begini waktu itu, walau terdengar kejam tapi memang benar, “Kamu tau kenapa banyak perempuan bodoh? Itu karena kalo sedang nonton berita mereka ribut”, jadi di keluarga kami biasanya kalo sedang ada berita di TV atau Koran selalu jadi sesuatu yang menarik, terakhiran acara favorit kami sekeluarga adalah berita dan stasiun televisi favorit adalah “Metro TV” karena isinya berita semua, garing? Well, not for us, dan Koran favorit adalah “Republika” karena korannya penuh intelektualitas dan sarat dengan Islam. Bapak juga adalah orang tua yang menurutku berhasil mengajarkan apa itu Islam yang sebenarnya ke dalam keluarganya. Karena dia mengerti sekali bahwa seorang suamilah yang bisa membawa keluarganya ke surga atau neraka. Beliau berhasil membuat kami merasakan indahnya Islam dan yakin bahwa agama ini yang benar, walaupun setelah dewasa aku juga melakukan pencarian sendiri dan belajar lebih dalam dan jadi semakin mengerti apa yang beliau tanamkan dari kami kecil. Tapi dasar yang dia tanamkan yang menentukan akhirnya. Aku hingga sekarang belum bisa menemukan kurangnya Islam dimana, perfect! Bapakku adalah tipe orang yang suka lihat perempuan maju dan ikut serta dalam semua kesempatan, Bapak ga pernah membedakan aku dan kakakku yang perempuan dengan laki-laki, tidak pernah sekalipun dia mengucapkan kata-kata seperti, kalo perempuan harus begini atau begitu, atau ga boleh ini dan ga boleh itu, baginya semua boleh asalkan itu sesuai ajaran Islam dan tidak melanggar agama, jadi kami silahkan bebas berbuat apa saja tapi tetap menjaga martabat dan harga diri. Hidupku indah karena Bapakku adalah Pak Nurdin Ahmad dan Ibuku Bu Mah.

Pelajaran penting lainnya adalah Bapak adalah implementer sejati terhadap “Multiplier Effect”. Bapak suka bgt belanja di pasar di tempat Nyak-Nyak dan membeli jualan mereka dan ga pernah minta kurang, karena paling berapa sih untung Nyak-Nyak tersebut. Kasian kalo minta kurang lagi. Bapak juga suka beli minyak Pertamina yang dijual eceran di pinggiran jalan, walaupun sedikit lebih mahal dari SPBU, itu karena kata Bapak kasian mereka sedang cari rezeki. Sumpah aku salut sekali karena menurutku ga banyak yang punya pikiran seperti itu, what a noble heart. Bapakku ga bisa lihat orang lapar karena dulu dia orang miskin yang sudah yatim piatu dari kecil.

No comments: